Mari Lebih Bersyukur

source : http://priksa.com/wp-content/uploads/2018/12/bersyukur.jpg

Pagi ini dengan suasana hati yang agak tenang setelah beberapa hari kemarin hujan konflik, aku berharap mendapat kesempatan baru dan tempat baru untuk mengeksplor kemampuan dan memberikan kontribusi di tempat baru.



Aku wawancara !

Aku berangkat dengan sarapan yang sedikit, sepatu warna hitam, juga baju batik kesukaanku. Sekita 45 menit dari jam yang sudah dijanjikan oleh perantara, aku sudah berangkat dari rumah dan mengantongi doa restu orang tua. Semoga itu jadi lancarnya hariku.

Sampailah di gedung yang cukup luas dan 90% warnanya putih. Sedikit bingung, dimana sih tempat yang aku tuju. Aku perhatikan ada wanita yang sedang menanyakan tempat yang ternyata sama dengan tujuanku. Setelah dia bertanya ke satpam, aku sedikit mendengarkan arahan bapak satpam. Aku mengikuti wanita yang aku duga punya tujuan sama denganku.

Setelah sampai lalu,
"Hai..😊"

Bareng-bareng kita mencari tempat yang dimaksud perantara. Daaaan, ketemulah.

Pembicaraan dasarpun tidak hilang, nama, alamat, sudah bekerja atau belum. Bicara selama kurang lebih 45 menit sampai sibuk dengan HP masing-masing.

Di wawancara ini, aku hanya mengikuti alur, menjawab yang ditanyakan, dan mengatakan yang sebenarnya. Lolos atau ngga akupun ngga yakin, intinya aku sudah mencoba dengan baik versiku. Aku tidak berani banyak bicara karena aku tidak tahu apakah yang aku bicarakan itu benar bagi pewawancaraku. Walaupun sudah berkali-kali di wawancarai, kali ini tanganku tetap dingin.

Aku memakai jaket, masker mulut mau meninggalkan tempat itu. Aku berdiri di sebelah sepeda motor putihku, berharap untuk dibantu menggeser-geser sepeda motor belakangku walaupun sebenarnya aku bisa. Sikap manja ini muncul karena aku lihat jarak kurang dari 5 meter banyak laki-laki yang mungkin sebenarnya bisa peka melihat seorang wanita geser-geser motor. Tapi sepertinya... Ah sudahlah.. Hanya satu yang menawari dan itu aku sudah hampir duduk di motor.

"Tidak, terima kasih, Pak."

Jalanku di gerbang keluar terhenti karena seorang Bapak yang memanggil untuk meminta tolong. Aku lihat beliau memakai kemeja, membawa tas yang sudah lusuh, memegang uang kira-kira 1000-2000 rupiah dan kertas resi pembayaran bis umum. Bapak itu meminta tolong.

"Tolong mbak, minta 2000 rupiah mbak, untuk naik bis"

Apakah beliau hanya membawa uang 5000 rupiah dan salah naik jurusan? Sehingga kembalian naik bus itu tidak bisa untuk sekali lagi naik bus? Kira-kira itulah prasangkaku.

Melihat begitu aku tidak sampai hati kalau tidak membantu. Dan hati ini senang + lega melihat bapak ini tersenyum.

Di perjalanan pulang, ketika berhenti di traffict light aku sedikit merenung.
Ternyata kebutuhanku selama ini tidak kurang. Dan aku harus banyak bersyukur, dan lebih bersyukur 👸

Semoga menjadi bacaan yang bisa diambil nilai positifnya.

Satulfa📝

Komentar